My Favorite

  • Cerpen
  • Iseng-iseng
  • Makalah

Jumat, 20 Mei 2011

Addah Ajjach

17-12-2010
Edisi Cumi
“Jangan terjebak untuk mencari apa yang kamu alami dengan hatimu sekarang karena semua itu hanya perlu kamu pahami.” 21.15
“Kamu siapa? Kita siapa? Semua manusia siapa?” 21.45
“Yang berharga dalam tubuh kita?” 21.59 aku jawab “hati”
“Kenapa hati?” 22.02 “karena hati adalah akar dari segalanya”
“bukannya hati dan struktur tubuh kita lainnya hanya perantara saja?  Untuk apa yang kita inginkan dan lakukan apapun itu” 22.06 “loh kok bisa”
“lebih berharga hati apa roh kita?” 22.09
“apa kita sadar kalau kita hanya segumpal daging, tulang dan darah, jangan hargai perasaan hati yang tak pasti, hargai roh kita untuk menuju kepastian.” 22.16
“kemaren dan esom hari adalah hari ini, bencana dan keberuntungan adalah sama saja, langit diluar langit dibadan bersatu dalam jiwa……tetep masi nulis cah ayu?” 22.41

Edisi 19-12-2010 : 21.44
Kemilau embun di atas daun adalah setiaku yang abadi di lintas kemarau dalam deras hujan, badai yang dating sebelum waktunya adalah tawa yang manja pada hati yang tak pernah lelah merajut dalam simpul-simpul doa, lemah saat jemari bergetar seperti dulu aku tetap tak mampu …

Edisi 20-12-2010 : 21.40
Begitu mudah orang bertutur manis dan begitu mudahnya membuat hati orang berduka…
Hati nurani seorang wanita tidak berubah oleh waktu dan musim, bahkan jika mati abadi hati takkan hilang seperti kabut berawan yang membubung tinggi di langit raga…

Edisi 30-01-2011
Setiap kali kututup telingaku dari kebisingan kota, aku mendengar gemericik anak-anak bengawan dan derak-derak dedahanan…
Seluruh keindahan yang kubicarakan sekarang ini, yang aku rindu untuk melihatnya seperti anak merindukan susu ibunya…
Jiwaku luka terpenjara ke dalam kegelapan, laksana seekor burung rajawali merana dalam sangkarnya ketika dilihatnya sekawanan burung terbang dengan bebasnya dilangit yang lapang..
Lembah dan perbukitan membakar khayalku, namun pikiran-pikiran pahit menjalin jaring-jaring keputusasaan diseputar hatiku…
Edisi 05-02-2011
Hari demi hari berlalu laksana hantu dan menghilang seperti awan, dan segera tak ada lagi yang tertinggal bagiku selain berbagai kenangan yang penuh duka.
Mata yang dulu pernah kugunakan memandang indahnya musim semi dan bangkitnya alam semesta, tidak lagi mampu melihat apapun selain murka sang prahara dan derita cinta yang tersita…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar